Thaharah Langkah Pertama Menuju Ibadah yang Sempurna

Media Al Ahkam Mei 21, 2024 123 Views
Share:

Thaharah dalam Islam berarti “bersuci”, yang secara harfiah mengacu pada kebersihan dan kesucian. Menurut istilah syara’, thaharah adalah proses mensucikan diri, pakaian, dan tempat dari najis dan hadats. Ini termasuk hadats besar maupun kecil, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syariat Islam. Thaharah merupakan syarat wajib sebelum melaksanakan ibadah tertentu, seperti shalat, karena keadaan suci dari hadats adalah prasyarat untuk diterimanya ibadah di hadapan Allah SWT.

Air untuk Bersuci

المِيَاهُ الَّتِي يَجُوزُ التَّطْهِيرُ بِهَا سَبْعُ مِيَاهٍ: مَاءُ السَّمَاءِ وَمَاءُ البَحْرِ وَمَاءُ النَّهْرِ وَمَاءُ البِئْرِ وَمَاءُ العَيْنِ وَمَاءُ الثَّلْجِ وَمَاءُ البَرْدِ

Air yang dapat dibuat untuk bersuci ada tujuh: yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air sumber, air salju, air dingin

ثُمَّ المِيَاهُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: طَاهِرٌ مُطَهِّرٌ غُيْرُ مَكْرُوهٍ وَهُوَ المَاءُ المُطْلَقُ، وَطَاهِرٌ مُطَهِّرٌ مَكْرُوهٌ وَهُوَ المَاءُ المُشَمَّسُ، وَطَاهِرٌ غُيرُ مُطَهِّرٍ وَهُوَ المَاءُ المُسْتَعْمَلُ وَالمُتَغَيِّرُ بِمَا خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ، وَمَاءُ نَجِسٍ وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيهِ نَجَاسَةٌ وَهُوَ دُونَ القُلَّتَيْنِ أَوْ كَانَ قُلَّتَينِ فَتَغَيَّرَ.

Lalu air itu ada 4 macam: (1) air suci dan mensucikan tanpa makruh yaitu air mutlaq, (2) air suci dan mensucikan dengan makruh yaitu air panas; (3) air suci tapi tidak meyucikan yaitu air yang sudah terpakai dan air yang berubah karena kecampuran perkara suci (4) air najis yaitu air yang terkena najis dan tidak mencapai 2 qullah atau mencapai 2 qullah tapi berubah.

وَالقُّلَّتَانِ: خَمْسُ مِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيباً فِي الأَصَحِّ

Adapun 2 qullah adalah kira-kira 500 ritl baghdad menurut pendapat yang lebih sahih. Keterangan: Air dua qullah adalah air seukuran 200 L. Gambarannya air tersebut bervolume 1 m x 1 m x 20 cm.

Menyucikan Kulit binatang

فَصْلٌ: وَجُلُودُ المَيْتَةِ تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ إلَّا جِلْدَ الكَلْبِ وَالخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا. وَعَظْمُ المَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ إلَّا الآدَمِيَّ

Fasal: Kulit bangkai dapat suci dengan disamak kecuali kulit anjing dan babi dan hewan yang terlahir dari keduanya atau dari salah satunya. Dan tulang bangkai itu najis kecuali tulang mayat manusia.

Hukum Wadah dari Emas dan Perak

فَصْلٌ: وَلَا يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ أَوَانِيِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَيَجُوزُ اسْتِعْمَالُ غَيرِهِمَا مِنَ الأَوَانِي

Fasal: Tidak boleh menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak. Dan boleh menggunakan wadah yang selain dari emas dan perak.

Hukum Bersiwak

فَصْلٌ: وَالسِّواَكُ مُسْتَحَبٌّ فِي كُلِّ حَالٍ إلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ

Fasal: Bersiwak itu hukumnya sunnah dalam setiap keadaan kecuali setelah condongnya matahari bagi yang berpuasa.

وَهُوَ فِي ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اسْتِحْبَاباً: عِندَ تَغَيُّرِ الفَمِّ مِنْ أَزْمٍ وَغَيرِهِ وَعِندَ القِيَامِ مِنَ النَّومِ وَعْندَ القِيَامِ إِلَى الصَّلاَةِ

Bersiwak sangat disunnah dalam 3 keadaan: (1) ketika berubahnya bau mulut, karena lamanya diam atau yang lain. (2) setelah bangun tidur, (3) ketika hendak melaksanakan shalat.

Hukum Wudhu dan Tatacara berwudhu

فَصْلٌ: وَفُرُوضُ الوُضُوءِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ عِنْدَ غَسْلِ الوّجْهِ وَغَسْلُ الوَجْهِ وَغَسْلُ اليَدَينِ مَعَ المِرْفَقَينِ وَمَسْحُ بَعْضِ الرَّأسِ وَغَسْلُ الرِّجْلَيْنِ إِلَى الكَعْبَيْنِ وَالتَّرْتِيبُ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.

Fasal: Fardhu-nya wudhu enam perkata: (1) Niat saat membasuh wajah. (2) Membasuh wajah. (3) Membasuh kedua tangan sampai siku. (4) Mengusap sebagian kepala. (2) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki. (6) Tertib seperti yang kami sebut.

وَسُنَنُهُ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ وَغَسْلُ الكَفَّيْنِ قَبْلَ إِدْخَالِهِمَا الإِنَاءَ وَالمَضْمَضَةُ وَالاسْتِنْشَاقُ وَمَسْحُ جَمِيعِ الرَّأسِ وَمَسْحُ الأُذُنَيْنِ ظَاهِرِهِمَا وَبَاطِنِهِمَا بِمَاءٍ جَدِيدٍ وَتَخْلِيلُ اللِّحْيَةِ الكَثَّةِ وَتَخْلِيلُ أَصَابِعَ اليَدَينِ وَالرِّجْلَينِ وَتَقْدِيمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى وَالطَّهَارَةُ ثَلاَثاً ثَلاَثاً وَالمُوَالاَةُ

Sunnahnya wudhu sepuluh perkara: (1) Membaca bismillah. (2) Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan keduanya ke wadah air. (3) Berkumur dan menghirup air ke hidung, (4) mengusap seluruh kepala, (5) mengusap kedua telinga luar dalam dengan air baru, (6) menyisir dengan jari jenggot yang tebal (7) membasuh sela-sela jari tangan dan kaki, (8) mendahulukan bagian kanan dari kiri, (9) menyucikan masing-masing 3 kali, (10) bersegera.

Hukum Cebok

فَصْلٌ: وَالاسْتِنْجَاءُ وَاجِبٌ مِنَ البَوْلِ وَالغَائِطِ، وَالأَفْضَلُ أَنْ يَسْتَنجِيَ بِالأحْجَارِ ثُمَّ يَتْبَعُهَا بِالمَاءِ، وَيَجُوْزُ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى المَاءِ أَوْ عَلَى ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ يَنْقِي بِهِنَّ المَحَلُّ فَإذَا أَرَادَ الاقْتِصَارَ عَلَى أَحَدِهِمَا فَالمَاءُ أَفْضَلُ.

Fasal: Instinja atau membersihkan diri itu wajib setelah kencing dan bab. Yang utama adalah bersuci dengan memakai beberapa batu kemudian dengan air. Boleh bersuci dengan air saja atau dengan tiga batu yang dapat membersihkan tempat najis. Apabila hendak memakai salah satu dari dua cara, maka memakai air lebih utama.

وَيَجْتَنِبُ اسْتِقْبَالَ القِبْلَةِ وَاسْتِدْبَارَهَا فِي الصَّحْرَاءِ، وَيَجْتَنِبُ البَوْلَ وَالغَائِطَ فِي المَاءِ الرَّاكِدِ وَتَحْتَ الشَّجَرَةِ المُثْمِرَةِ وَفِي الطَّرِيقِ وَالظِّلِ وَالثَّقْبِ وَلاَ يَتَكَلَّمُ عَلَى البَوْلِ وَالغَائِطِ وَلَا يَسْتَقْبِلُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ وَلَا يَسْتَدْبِرُهُمَا

Dan hendaknya kencing atau bab tidak menghadap kiblat atau membelakanginya di tempat terbuka, dan hendaknya tidak kencing atau bab di air yang diam, di bawah pohon yang bisa berbuah, di jalan, di tempat bernaung, di lobang. Dan hendaknya tidak berbicara saat kencing atau bab, dan tidak menghadap matahari dan bulan atau membelakangi keduanya.

Sebab Batalnya Wudhu

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُنْقِضُ الوُضُوءَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: مَا خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ وَالنَّوْمُ عَلَى غَيْرِ هَيْئَةِ المُتَمَكِّنِ وَزَوَالُ العَقْلِ بِسَكْرٍ أَوْ مَرَضٍ وَلَمْسُ الرَّجُلِ الْمَرْأَةَ الأجْنَبِيَّةَ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ وَمَسُّ فَرْجِ الآدَمِي بِبَاطِنِ الكَفِّ وَمَسُّ حَلْقَةِ دُبُرِهِ عَلَى الجَدِيدِ

Fasal: Perkara yang membatalkan wudhu enam perkara: sesuatu yang keluar dari dua jalan (depan belakang), tidur dalam keadaan tidak tetap, hilang akal karena mabuk atau sakit, sentuhan laki-laki pada wanita bukan mahram tanpa penghalang, menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam, menyentuh kawasan sekitar anus (dubur) menurut qaul jadid.

Mandi Besar

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُوجِبُ الغُسْلَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: ثَلاَثَةٌ تَشْتَرِكُ فِيهَا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ وَهِيَ إلتِقَاءُ الخِتَانَينِ وَإنْزَالُ المَنِي وَالمَوْتُ وَثَلاَثَةٌ تَخْتَصُّ بِهَا النِسَاءُ وَهِيَ الحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالوِلَادَةُ

Fasal: Perkara yang mewajibkan mandi enam perkara: tiga di antaranya berlaku untuk laki-laki dan perempuan yaitu: senggama, keluar sperma dan mati. Tiga lainnya khusus untuk perempuan yaitu: haid, nifas dan melahirkan.

فَصْلٌ: وَفَرَائِضُ الغُسْلِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَةُ وَإزَالَةُ النَّجَاسَةِ إِنْ كَانَتْ عَلَى بَدَنِهِ وَإيْصَالُ المَاءِ إِلَى جَمِيعِ الشَّعْرِ وَالبَشَرَةِ. وَسُنَنُهُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ وَالوُضُوءُ قَبْلَهُ وَإمْرَارُ اليَدِ عَلَى الجَسَدِ وَالمُوَالاَةُ وَتَقْدِيمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى

Fasal: Fardhunya mandi itu tiga perkara, yaitu: niat, menghilangkan najis jika ada pada badan, mengalirkan air ke seluruh rambut dan kulit. Kesunnahan mandi itu lima perkara: membaca bismillah, wudhu sebelum mandi, menggosokkan tangan pada badan, bersegera, mendahulukan (anggota badan) yang kanan dari yang kiri.

فَصْلٌ: وَالاغْتِسَالَاتُ المَسْنُونَةُ سَبْعَةَ عَشَرَ غُسْلاً: غُسْلُ الجُمْعَةِ وَالعِيدَيْنِ وَالاسْتِسْقَاءِ وَالخُسُوفِ وَالكُسُوفِ وَالغُسْلُ مِنْ غُسْلِ المَيِّتِ وَالكَافِرِ إذَا أَسْلَمَ وَالمَجْنُونِ وَالمُغْمَى عَلَيهِ إِذَا أَفَاقَا وَالغُسْلُ عِنْدَ الإحْرَامِ وَلِدُخُولِ مَكَّةَ وَلِلْوُقُوفِ بِعَرَفَةَ وَلِلْمَبِيتِ بِمُزْدَلِفَةَ وَلِرَمْيِ الجِمَارِ الثَّلاَثِ وَلِلطَّوَافِ وَلِلسَّعْيِ وَلِدُخُولِ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ

Fasal: Mandi yang disunnahkan itu ada 17 , yaitu: Mandi Jumat, duahari raya, shalat minta hujan (istisqa), gerhana bulan, gerhana matahari, setelah memandikan mayit, orang kafir apabila masuk Islam, orang gila dan ayan (epilepsi) apabila sembuh, saat akan ihram, akan masuk Makkah, wukuf di Arafah, menginap di Muzdalifah, melempar Jumrah yang tiga, tawaf, sai, masuk kota Madinah.

Menggunakan Khuf

فَصْلٌ: وَالمَسْحُ عَلَى الخُفَّيْنِ جَائِزٌ بِثَلاَثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَبْتَدِئَ لُبْسُهُمُا بَعْدَ كَمَالِ الطَّهَارَةِ، وَأَنْ يَكُونَا سَاتِرَيْنِ لِمَحَلِّ غَسْلِ الفَرْضِ مِنَ القَدَمَيْنِ، وَأَنْ يَكُونَا مِمَّا يُمْكِنُ تَتَابُعُ المَشْيِ عَلَيْهِمَا.

Fasal: Mengusap kedua khuf boleh dengan 3 syarat: hendaknya memakai keduanya setelah sempurnanya bersuci, hendaknya keduanya menutupi telapak kaki yang wajib dibasuh, dan hendaknya keduanya memungkinkan untuk dipakai untuk berjalan.

Keterangan: Khuf adalah alas kaki dari kulit yang menutupi mata kaki.

وَيَمْسَحُ المُقِيمُ يَوْماً وَلَيْلَةً وَالمُسَافِرُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهِنّ، وَابْتِدَاءُ المُدَّةِ مِنْ حِينِ يُحْدِثُ بَعْدَ لُبْسِ الخُفَّيْنِ، فَإنْ مَسَحَ فِي الحَضَرِ ثُمَّ سَافَرَ أَوْ مَسَحَ فِي السَّفَرِ ثُمَّ أَقَامَ أَتَمَّ مَسْحَ مُقِيمٍ.

Orang mukim dapat memakai khuf selama satu hari satu malam. Sedangkan musafir selama tiga hari tiga malam. Masanya dihitung dari saat hadats (kecil) setelah memakai khuf. Apabila memakai khuf di rumah kemudian bepergian atau mengusap khuf di perjalanan kemudian mukim maka dianggap mengusap khuf untuk mukim.

وَيَبْطُلُ المَسْحُ بِثَلاَثَةِ أَشْيَاءَ: بِخَلْعِهِمَا وَانقِضَاءِ المُدَّةِ وَمَا يُوجِبُ الغُسْلَ

Mengusap khuf batal dengan tiga perkara: melepasnya, habisnya masa dan perkara yang mewajibkan mandi.

Hukum Tayammum

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: وُجُودُ العُذْرِ بِسَفَرٍ أَوْ مَرَضٍ وَدُخُولُ وَقْتِ الصَّلاَةِ وَطَلَبُ المَاءِ وَتَعَذُّرُ اسْتِعْمَالِهِ وَإعْوَازُهُ بَعْدَ الطَّلَبِ وَالتُّرَابُ الطَّاهِرِ لَهُ غُبَارٌ فَإِنْ خَالَطَهُ جَصُّ أَوْ رَمْلٌ لَمْ يَجُزْ.

Fasal: Syarat-syarat tayammum itu lima perkara: adanya udzur karena perjalanan atau sakit, masuk waktu shalat, mencari air, tidak dapat menggunakan air dan tidak ada air setelah mencari, debu yang suci. Apabila tercampur najis atau pasir maka tidak sah.

وَفَرَائِضُهُ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ وَمَسْحُ الوَجْهِ وَمَسْحُ اليَدَيْنِ مَعَ المِرْفَقَيْنِ وَالتَّرْتِيبُ.

Fardhunya tayammum empat perkara: niat, mengusap wajah, mengusap kedua tangan sampai siku, tertib.

وَسُنَنُهُ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ وَتَقْدِيمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى وَالمُوَالَاةُ.

Sunnahnya tayammum ada 3 (tiga) yaitu: (a) Membaca bismillah, (b) mendahulukan yang kanan dari yang kiri, (c) bersegera.

وَالَّذِي يُبْطِلُ التَّيَمُّمَ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: مَا أَبْطَلَ الوُضُوءَ وَرُؤْيَةُ المَاءِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَلاَةِ وَالرِّدَّةِ

Yang membatalkan tayammum ada 3 (tiga) yaitu: (a) perkara yang membatalkan wudhu, (b) melihat air di selain waktu shalat, (c) murtad.

وَصَاحِبُ الجَبَائِرِ يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيَتَيَمَّمُ وَيُصَّلِي وَلَا إِعَادَةَ عَلَيْهِ إنْ كَانَ وَضَعَهَا عَلَى طُهْرٍ وَيَتَيَمَّمُ لِكُلِّ فَرِيضَةٍ وَيُصَلِي بِتَيَمُّمٍ وَاحِدٍ مَا شَاءَ مِنَ النَوَافِلِ

Orang yang memakai perban mengusap di atasnya, bertayammum dan shalat dan tidak perlu mengulangi shalatnya apabila saat memakai perban dalam keadaan suci.

Satu tayammum berlaku untuk satu kali shalat fardhu dan 1 shalat sunnah. Satu kali tayammum dapat dipakai beberapa kali shalat sunnah.

Najis dan cara menyucikannya

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَائِعٍ خَرَجَ مِنَ السَبِيلَيْنِ نَجِسٌ إِلَّا المَنِيَّ

Setiap benda cair yang keluar dari dua jalan (anus dan kemaluan) hukumnya najis kecuali sperma.

وَغَسْلُ جَمِيعُ الأَبْوَالِ وَالأَرْوَاثِ وَاجِبٌ إِلَّا بَوْلِ الصَّبِيَّ الَّذِي لَمْ يَأْكُلْ الطَّعَامَ فَإِنَّهُ يَطْهُرُ بِرَشِّ المَاءِ عَلَيْهِ

Membasuh kencing dan kotoran (tinja) itu wajib kecuali kencing bayi laki-laki kecil yang belum memakan makananan (kecuali ASI) maka cara menyucikannya cukup dengan menyiramkan air.

وَلَا يُعْفَى عَنْ شَيْءٍ مِنَ النَّجَاسَاتِ إِلَّا اليَسِيرَ مِنَ الدَّمِ وَالقَيْحِ وَمَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ إِذَا وَقَعَ فِي الإنَاءِ وَمَاتَ فِيهْ فَإنَّهُ لَا يُنَجِّسُهُ

Perkara yang najis tidak dimaafkan kecuali sedikit seperti darah hewan dan nanah, dan hewan yang darahnya tidak mengalir apabila jatuh ke dalam bejana (wadah) dan mati maka tidak menajiskan isi bejana.

وَالحَيَوَانُ كُلُّهُ طَاهِرٌ إِلَّا الْكَلْبَ وَالخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا

Seluruh binatang itu suci kecuali anjing dan babi dan yang lahir dari keduanya atau salah satunya.

وَالمَيْتَةُ كُلُّهَا نَجِسَةٌ إِلَّا السَّمَكَ وَالجَرَادَ وَالآدَمِيَّ.

Adapun bangkai itu najis kecuali ikan, belalang dan manusia.

وَيُغْسَلُ الإنَاءُ مِنْ وُلُوغِ الكَلْبِ وَالخِنْزِيرِ سَبْعَ مَرَّاتٍ إِحْدَاهُنَّ بِالتُّرَابِ وَيُغْسَلُ مِنْ سَائِرِ النَّجَاسَاتِ مَرَّةً تَأْتِي عَلَيْهِ وَالثَّلاَثُ أَفْضَلُ

Bejana yang terkena jilatan anjing dan babi harus dibasuh 7 (tujuh) kali salah satunya dengan tanah. Sedang najis yang lain cukup dibasuh sekali namun 3 kali lebih baik.

وَإِذَا تَخَلَّلَتْ الخَمْرَةُ بِنَفْسِهَا طَهُرَتْ وَإنْ خَلَّلَتْ بِطَرْحِ شَيْءٍ فِيهَا لَمْ تَطْهُرْ

Apabila khamar (arak) menjadi anggur dengan sendirinya maka ia menjadi suci. Apabila perubahan itu karena memasukkan sesuatu maka tidak suci.

Darah Haid, Nifas dan Istihadlah

فَصْلٌ: وَيَخْرُجُ مِنَ الفَرْجِ ثَلاَثَةُ دِمَاءٍ: دَمُ الحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالاسْتِحَاضَةُ،

Ada 3 macam darah yang keluar dari kemaluan wanita: (a) darah haid, (b) darah nifas, (c) darah istihadlah.

فَالحَيْضُ هُوَ الدَّمُ الخَارِجُ مِنْ فَرْجِ المَرْأَةِ عَلَى سَبِيلِ الصِّحَّةِ مِنْ غَيْرِ سَبَبِ الوِلاَدَةِ وَلَوْنُهُ أَسْوَدٌ مُحْتَدَمٌ لَذَّاعٌ،

Darah haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan dengan cara sehat bukan karena melahirkan. Dan warnanya kehitam-hitaman, terasa panas dan diikuti mual-mual pada perut.

وَالنِّفَاسُ هُوَ الدَّمُ الخّارِجُ عَقِبَ الوِلَادَةِ

Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan.

وَالاسْتِحَاضَةُ هُوَ الدَّمُ الخَارِجُ فِي غَيْرِ أَيَّامِ الحَيْضِ وَالنِّفَاسِ

Istihadlah adalah darah yang keluar di selain hari-hari haid dan nifas.

وَأَقَلُّ الحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَأَكْثَرُهُ خَمْسَةُ عَشَرَ يَوْماً وَغَالِبُهُ سِتٌ أَوْ سَبْعٌ

Paling sedikitnya darah haid adalah satu hari satu malam. Dan yang paling banyak adalah 15 hari. Umumnya 6 (enam) atau 7 (tujuh) hari.

وَأَقَلُّ النِّفَاسِ لَحْظَةٌ وَأَكْثَرُهُ سِتُّونَ يَوماً وَغَالِبُهُ أَرْبَعُونَ يَوماً

Paling sedikitnya nifas adalah sebentar dan paling banyak 60 hari dan umumnya 40 hari.

وَأَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الحَيْضَتَينِ خَمْسَةَ عَشْرَ يَوْماً وَلاَ حَدَّ لِأَكْثَرِهِ

Paling sedikitnya masa suci di antara dua masa haid adalah 15 hari. Dan tidak ada batas untuk paling banyaknya.

وَأَقَلُّ زَمَنِ تَحِيضُ فِيهِ المَرْأَةُ تِسْع سِنِينَ وَأَقَلُّ الحَمْلِ سِتَّةُ أَشْهُرٍ وَأَكْثَرُهُ أَرْبَعُ سِنِينَ وَغَالِبُهُ تِسْعَةَ أَشْهُرٍ

Usia minimal wanita haid adalah 9 (sembilan) tahun. Paling sedikitnya usia kehamilan 6 bulan. Paling panjang kehamilan 4 tahun. Umumnya masa hamil adalah 9 bulan.

وَيَحْرُمُ بِالحَيْضِ وَالنِّفَاسِ ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلاَةُ وَالصَّوْمُ وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ وَمَسُّ المُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَدُخُولُ المَسْجِدِ وَالطَّوَافُ وَالوَطْءُ وَالاسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.

Perkara yang diharamkan saat haid dan nifas ada 8 (delapan) yaitu shalat, puasa, membaca Al-Quran, menyentuh Al-Quran, membawa Al-Quran, masuk masjid, tawaf, hubungan intim (jimak), (suami) mencumbu di antara pusar dan lutut.

وَيَحْرُمُ عَلَى الجُنُبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ الصَّلاَةُ وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ وَمَسُّ المُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَالطَّوَافُ وَاللُّبْثُ فِي المَسْجِدِ،

Perkara yang diharamkan bagi orang junub ada 5 (lima) yaitu shalat, membaca Al-Quran, menyentuh Al-Quran, membawa Al-Quran, tawaf, tinggal di masjid.

وَيَحْرُمُ عَلَى المُحْدِثِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ الصَّلاَةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ المُصْحَفِ وَحَمْلُهُ

Perkara yang diharamkan saat hadats kecil ada 3 (tiga) yaitu shalat, tawaf, menyentuh Al-Quran dan membawanya.

Leave a Comment