Memahami Jenis dan Syarat Shalat untuk Pengalaman yang Penuh Makna

Media Al Ahkam Mei 22, 2024 137 Views
Share:

Shalat adalah ibadah wajib bagi umat Islam yang dilakukan dengan gerakan dan bacaan tertentu.

Shalat memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya:

  • Rukun Islam Kedua: Merupakan salah satu dari lima pilar dasar Islam.
  • Dialog Langsung dengan Allah: Merupakan cara seorang Muslim berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada Allah.
  • Wajib Lima Waktu: Dilaksanakan lima kali dalam sehari semalam pada waktu tertentu.
  • Menjaga Diri dari Kejahatan: Diyakini dapat mencegah perbuatan buruk dan membawa ketenangan jiwa.

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut simak keterangan berikut, ada berbagai jenis shalat selain yang wajib lima waktu, serta syarat dan tata cara pelaksanaannya.

Shalat Fardu

الصَّلاَةُ المَفْرُوضَةُ خَمْسٌ

Shalat yang di wajibkan itu ada lima

الظُّهْرُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا زَوَالُ الشَّمْسِ وَآخِرُهُ إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلُهُ بَعْدَ ظِلِّ الزَّوَالِ

(1) Shalat Dhuhur. Awal waktunya adalah condongnya matahari sedang akhir waktu dzuhur adalah apabila bayangan benda sama dengan ukuran bendanya.

وَالعَصْرُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا الزِّيَادَةُ عَلَى ظِلِّ المِثْلِ وَآخِرُهُ فِي الاخْتِيَارِ إِلَى ظِلِّ المِثْلَيْنِ وَفِي الجَوَازِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ

(2) Shalat Ashar. Awal waktunya adalah apabila bayangan sama dengan benda lebih sedikit. Akhir waktu Ashar dalam waktu ikhtiyar adalah apabila bayangan benda 2 (dua) kali panjang benda, akhir waktu jawaz adalah sampai terbenamnya matahari.

وَالمَغْرِب وَوَقْتُهَا وَاحِدٌ وَهُوَ غُرُوبُ الشَّمْسِ وَبِمِقْدَارِ مَا يُؤَذِّنُ وَيَتَوَضَّأُ وَيَسْتُرُ العَوْرَةَ وَيُقْيمُ الصَّلَاةَ وَيُصَلِي خَمْسَ رَكَعَاتٍ

(3) Shalat maghrib. Awal waktunya adalah terbenamnya matahari (sedang akhir waktunya) adalah setelah selesainya adzan, berwudhu, menutup aurat, mendirikan shalat dan shalat 5 (lima) raka’at.

وَالعِشَاءُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ الشَّفَقُ الأَحْمَرُ وَآخِرُهُ فِي الاخْتِيَارِ إِلَى ثُلُثُ اللَّيْلِ وَفِي الجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الفَجْرِ الثَّانِي

(4) Shalat Isya’. Awal waktunya adalah apabila terbenamnya sinar merah sedangkan akhirnya untuk waktu ikthiyar adalam sampai 1/3 (sepertiga) malan, untuk waktu jawaz adalah sampai terbitnya fajar yang kedua (shadiq).

وَالصُّبْحُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوعُ الفَجْرِ الثَّانِي وَآخِرُهُ فِي الاْخْتِيَارِ إلَى الأَسْفَارِ وَفِي الجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ

(5) Shalat Subuh. Awal waktunya adalah terbitnya fajar kedua (fajar shadiq) sedang akhirnya waktu ikhtiyar adalah sampai isfar (terangnya fajar), akhir waktu jawaz adalah sampai terbitnya matahari.

Wajibnya shalat 5 waktu

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصَّلَاةِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: الإسْلاَمُ وَالبُلُوغُ وَالعَقْلُ وَهُوَ حَدُّ التَّكْلِيفِ

Syarat wajibnya shalat ada 3 (tiga) yaitu Islam, akil baligh (dewasa), berakal sehat itu adalah batas mulainya kewajiban (taklif).

Shalat Sunnah

وَالصَّلَوَاتُ المَسْنُونَةُ خَمْسٌ العِيدَانِ وَالكُسُوفَانِ وَالاسْتِسقَاءُ. وَالسُّنَنُ التَّابِعَةُ لِلفَرَائِضِ سَبْعَةَ عَشْرَ رَكْعَةٍ رَكْعَتَا الفَجْرِ وَأَرْبَعٌ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهُ وَأَرْبَعٌ قَبْلَ العَصْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ المَغْرِبِ وَثَلاَثُ بَعْدَ العِشَاءِ يُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ مِنهُنَّ

Adapun shalat sunnah ada 5 (lima) yaitu: (a) Idul Fitri dan (b) Idul Adha, (c) gerhana matahari (kusuf as Syamsi) dan (d) gerhana bulan (khusuf al qamar), (e) shalat istisqa’ (minta hujan). Adapun shalat sunnah rawatib yang bersamaan dengan shalat fardhu ada 17 (tujuh belas) rakaat. Yaitu dua rokaat sebelum shalat subuh, empat rakaat sebelum dzuhur, dua rokaat setelah dhuhur, empat rakaat sebelum ashar, dua rakaat setelah maghrib dan tiga rokaat setelah isya’ dengan shalat witir (ganjil) dengan satu rakaat terakhir.

وَثَلاَثُ نَوَافِلَ مُؤَكَّدَاتٌ: صَلَاةُ اللَّيْلِ وَصَلاَةُ الضُّحَى وَصَلاَةُ التَّرَاوِيحِ

Ada 3 (tiga) shalat sunnah mua’akkad yaitu shalat malam, shalat dhuha dan shalat tarawih.

Syarat Sahnya Shalat

فَصْلٌ وَشَرَائِطُ الصَّلاَةِ قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: طَهَارَةُ الأَعْضَاءِ مِنَ الحَدَثِ وَالنَّجِسِ وَسَتْرُ العَوْرَةِ بِلِبَاسٍ طَاهِرٍ وَالوُقُوفُ عَلَى مَكاَن ٍطَاهِرٍ وَالعِلْمُ بِدُخُولِ الوَقْتِ وَاستِقْبَالُ القِبْلَةِ. وَيَجُوزُ تَركُ القِبْلَةِ فِي حَالَتَينِ فِي شِدَّةِ الخَوْفِ وَفِي النَّافِلَةِ فِي السَّفَرِ عَلَى الرَّاحِلَةِ

Syaratnya shalat sebelum melaksanakan shalat ada 5 (lima) yaitu (a) sucinya anggota badan dari hadas dan najis, (b) menutup aurat dengan kain yang suci, (c) berdiri pada tempat yang suci, (d) tahu masuknya waktu shalat, (e) menghadap kiblat. Boleh tidak menghadap kiblat dalam dua keadaan yaitu ketika sangat takut dan shalat sunnah di atas kendaraan dalam perjalanan.

Rukun Shalat

فَصْلٌ: وَأَرْكَانُ الصَّلَاةِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ رُكْناً: النِّيَّةُ وَالقِيَامُ مَعَ القُدْرَةِ وَتَكْبِيرَةُ الإحْرَامِ وَقِرَاءَةِ الفَاتِحَةِ وَبِسمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ آيَةٌ مِنهَا وَالرُّكُوعُ وَالطُّمَأنِينَةُ فِيه وَالرَّفْعُ وَاعْتِدَالُ وَالطُّمَأنِينَةُ فِيهِ وَالسُّجُودُ وَالطُمَأنِينَةُ فِيهِ وَالجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَالطُّمَأنِينَةُ فِيهِ وَالجُلُوسُ الأَخِيرُ وَالتَّشَهُّدُ فِيهِ وَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِيهِ وَالتَّسْلِيمَةُ الأُولَى وَنِيَّةُ الخُرُوجِ مِنَ الصَّلاَةِ وَتَرتِيبُ الأَرْكَانِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ

Rukun-rukun (fardhu) shalat ada 18 (delapan belas).

  1. Berdiri apabila mampu,
  2. takbirotul ihram,
  3. membaca al-fatihah dengan basmalah-nya,
  4. ruku’,
  5. tumakninah dalam ruku’,
  6. bangun dari ruku’,
  7. i’tidal (berdiri setelah ruku’),
  8. tuma’ninah saat i’tidal,
  9. sujud, dan
  10. tuma’ninah saat sujud,
  11. duduk di antara dua sujud dan
  12. tuma’ninah saat duduk di antara dua sujud,
  13. duduk tasyahud (tahiyat) akhir, dan
  14. membaca tasyahud (tahiyat) saat duduk tasyahud akhir,
  15. membaca shalawat pada Nabi saat tahiyat akhir,
  16. salam pertama,
  17. niat keluar dari shalat,
  18. tertib sesusai urutan rukun di atas .

وَسُنَنُهَا قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ: الأَذاَنُ وَالإقَامَةُ، وَبَعْدَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ التَّشَهُّدُ الأَوَّلُ وَالقُنُوتُ فِي الصُّبْحِ وَفِي الوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ

Sunnahnya shalat sebelum melaksanakan shalat ada dua yaitu adzan dan iqamah. Sunnahnya shalat saat melaksanakan shalat ada dua yaitu tahiyat (tasyahud) pertama dan membaca qunut saat shalat subuh dan shalat witir pada pertengahan kedua bulan Ramadan.

Sunnah Haiah Shalat

وَهَيْأَتُهَا خَمْسَةُ عَشَرَ خَصْلَةً رَفْعُ اليَدَيْنِ عِنْدَ تَكْبِيرَةِ الإحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوعِ وَالرَّفْعِ مِنْهُ وَوَضْعُ اليَمِينِ عَلَى الشِّمَالِ وَالتَّوَجُّهُ وَالاسْتِعَاذَةُ وَالجَهْرُ فِي مَوْضِعِهِ وَالإسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ وَالتَّأْمِينُ وَقِرَاءَةُ سُورَةٍ بَعْدَ الفَاتِحَةِ وَالتَّكْبِيرَاتُ عِنْدَ الرَّفْعِ وَالخَفْضِ وَقَولِ سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ رَبَنَا لَكَ الحَمْدُ وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَوَضْعُ اليَدَينِ عَلَى الفَخِذَيْنِ فِي الجُلُوسِ يَبْسُطُ اليُسْرَى وَيَقْبِضُ اليُمْنَى إِلاَّ المُسَبِّحَةَ فَإنَّهُ يُشِيرُ بِهَا مُتَشَهِّداً وَالافْتِرَاشُ فِي جَمِيعِ الجَلْسَاتِ وَالتَّوَرُّكُ فِي الجَلْسَةِ الأَخِيرَةِ وَالتَّسْلِيمَةُ الثَّانِيَةُ

Sunnah Ha’iah-nya Sholat itu ada lima belas yaitu:

(a) Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram (b) Mengangkat tangan saat ruku’ (c) Mengangkat tangan saat bangun dari ruku’ (d) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (e) Tawajjuh (f) Membaca audzubillah (g) Mengeraskan suara dan memelankan suara sesuai tempatnya (h) Membaca amin (i) Membaca surat setelah membaca Al-Fatihah (j) Membaca takbir saat naik atau turun (k) Mengakatan sami’a-Allahu liman hamidah robbana walakal hamdu dan tasbih saat ruku’ dan sujud (l) Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha saat duduk; membuka tangan kiri sedang tangan kanan menggenggam kecuali jari telunjuk yang menunjuk saat tahiyat (m) Duduk iftirasy pada setiap duduk. (n) Duduk tawarruk pada duduk yang akhir (o) Salam yang kedua.

Perbedaan cara Shalat laki-laki dan Perempuan

فَصْلٌ: وَالمَرْأَةُ تَخَالِفُ الرَّجُلَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ: فَالرَّجُلُ يُجَافِي مِرْفَقَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَيُقِلُّ بَطْنَهُ عَنْ فَخِذَيْهِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَيَجْهَرُ فِي مَوَاضِعِ الجَهْرِ وَإِذَا نَابَهُ شَيْءٌ فِي الصَّلاَةِ سَبَّحَ وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ مَا بَيْنَ سُرَّتِهِ وَرُكْبَتِهِ وَالمَرْأَةُ تُضَمُّ بَعْضَهَا إِلَى بَعْضٍ وَتُخْفِضُ صَوْتَهَا بِحَضْرَةِ الرِّجَالِ الأَجَانِبِ وَإذَا نَابَهَا شَيْءٌ فِي الصَّلاَةِ صَفَقَتْ وَجَمِيعُ بَدَنِ الحُرَّةِ عَوْرَةٌ إِلاَّ وَجْهِهَا وَكَفَّيْهَا وَالأَمَةُ كَالرِّجَلِ

Shalat perempuan berbeda dengan laki-laki dalam 5 (lima) perkara: (a) Laki-laki menjauhkan kedua sikutnya dari lambungnya. (b) Laki-laki menjauhkan perut dari kedua pahanya dalam ruku’ dan sujud – Laki-laki mengeraskan suara di tempat yang dianjurkan mengeraskan suara (c) Apabila imam melakukan kesalahan, laki-laki mengucapkan tasbih (subhanallah). (d) Aurat laki-laki antara pusar dan lutut. (e) Perempuan mendekatkan sikunya satu sama lain. (f) Perempuan memelankan suaranya di dekat laki-laki bukan mahram (g) Apabila imam melakukan kesalahan, makmum perempuan bertepuk tangan. (h) Seluruh badan perempuan itu aurat kecual wajah dan telapak tangan. Sedang budak perempuan auratnya seperti laki-laki.

Hal yang membatalkan Shalat

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُبْطِلُ الصَّلَاةَ أَحَدُ عَشَرَ شَيْئاً الكَلاَمُ العَمْدُ وَالعَمَلُ الكَثِيرُ وَالحَدَثُ وَحُدُوثُ النَّجَاسَةِ وَانكِشَافُ العَوْرَةِ وَتَغَيُّرُ النِّيَةِ وَاستِدْبَارُ القِبْلَةِ وَالأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالقَهْقَهَةُ وَالرِّدَّةُ

Perkara yang membatalkan shalat ada 11 (sebelas): – Perkataan yang disengaja – Gerakan yang banyak – Hadats (kecil dan besar) – Adanya najis – Terbukanya aurat – Berubahnya niat – Membelakangi kiblat – Makan – Minum – Tertawa terbahak-bahak – Murtad

Hitungan Shalat Fardu

فَصْلٌ: وَرَكَعَاتُ الفَرَائِضِ سَبْعَةُ عَشَرَ رَكْعَةً فِيهَا أَرْبَعٌ وَثَلاَثُونَ سَجْدَةً وَأَرْبَعٌ وَتِسْعُونَ تَكْبِيرَةً وَتِسْع تَشَهُّدَاتٍ وَعَشْرُ تَسْلِيمَاتٍ وَمِائَةٌ وَثَلَاثٌ وَخَمْسُونَ تَسْبِيحَةٍ وَجُمْلَةُ الأَرْكَانِ فِي الصَّلَاةِ مِائَةٌ وَسِتَّةٌ وَعِشْرُونَ رُكْناً فِي الصُّبْحِ وَثَلاَثُونَ رُكْناً وَفِي المَغْرِبِ اثْنَانِ وَأَرْبَعُونَ رُكْناً وَفِي الرُّبَاعِيَّةِ أَرْبَعَةٌ وَخَمْسُونَ رُكْناً وَمَنْ عَجَزَ عَنِ القِيَامِ فِي الفَرِيضَةِ صَلَّى جَالِساً وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الجُلُوسِ صَلَّى مُضْطَجِعاً

Jumlah raka’at shalat fardhu ada 17 (tujub belas) roka’at, 34 sujud, 94 takbir, 9 tahiyat, 10 salam, 153 tasbih. Jumlah rukun dalam shalat ada 126 rukun. Shalat subuh 30 rukun, maghrib 42 rukun, shalat empat rakaat ada 54 rukun. Barangsiapa yang tidak mampu berdiri dalam shalat fardhu maka boleh shalat duduk, yang tidak mampu duduk, boleh shalat tidur miring.

Sujud Sahwi

فَصْلٌ: وَالمَتْرُوكُ مِنَ الصَّلاَةِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: فَرْضٌ وَسُنَّةٌ وَهَيْئَةٌ، فَالفَرْضُ لَا يَنُوبُ عَنْهُ سُجُودُ السَهْوِ بَلْ إِنْ ذَكَرَهُ وَالزَّمَانُ قَرِيبٌ أَتَى بِهِ وَبَنَى عَلَيْهِ وسَجَدَ لِلسَّهْوِ، وَالسُّنَّةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ التَّلَبُّسِ بِالفَرْضِ لَكِنَّهُ يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا، وَالهَيْئَةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ تَرْكِهَا وَلَا يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ. عَنْهَا وَإِذَا شَكَّ فِي عَدَدِ مَا أَتَى بِهِ مِنَ الرَّكَعَاتِ بَنَى عَلَى اليَقِينِ وَهُوَ الأَقَلُّ وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ وَسُجُودُ السَّهْوِ سُنَّةٌ وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ

Perkara yang ditinggal dalam shalat ada tiga macam yaitu fardhu, sunnah dan hai’ah. Adapun fardhu yang tertinggal tidak perlu mengganti apabila murni karena lupa tetapi apabila ingat dan waktunya dekat maka harus dilakukan dan sujud sahwi. Sedang sunnah yang tertinggal tidak perlu mengulangi apabila sudah melakukan hal yang fardhu akan tetapi hendaknya melakukan sujud sahwi. Sedang hai’ah yang tertinggal tidak perlu mengulangi dan sujud sahwi. Apabila ragu dalam jumlah rakaat shalat, maka lakukan berdasar rakaat yang yakin yaitu yang paling sedikit dan hendaknya sujud sahwi. Sujud sahwi itu sunnah dan dilakukan sebelum salam.

Waktu yang tidak boleh melakukan Shalat

فَصْلٌ: وَخَمْسَةُ أَوْقَاتٍ لَا يُصَلَّى فِيهَا إِلَّا صَلَاةٌ لَهَا سَبَبٌ بَعْدَ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَعِنْدَ طُلُوعِهَا حَتَّى تَتَكَامَلَ وَتَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ وَإذَا اسْتَوَتْ حَتَى تَزُولَ وَبَعْدَ صَلَاةِ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَعِنْدَ الغُرُوبِ حَتَّى يَتَكَامَلُ غُرُوبُهَا

Ada lima waktu yang tidak boleh melakukan shalat kecuali shalat yang memiliki sebab yaitu (a) setelah shalat subuh sampai terbit matahari, (b) saat terbit matahari sampai sempurna dan naik sekitar satu tombak, (c) saat matahari tepat di tengah sampai condong, (d) setelah shalat ashar sampai matahari terbenam, (e) saat matahari terbenam sampai sempurna terbenamnya.

Shalat Jamaah

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الجَمَاعَةِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَعَلَى المَأْمُومِ أَنْ يَنْوِيَ الائتِمَامَ دُونَ الإِمَامِ وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الحُرُّ بِالعَبْدِ وَالبَالِغُ بِالمُرَاهِقِ وَلَا تَصَحُّ قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ وَلَا قَارِئٍ بِأُمِّي، وَأَيَّ مَوْضِعٍ صَلَّى فِي المَسْجِدِ بِصَلاَةِ الإِمَامِ فِيهِ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلاَتِهِ أَجْزَئَهُ مَا لَمْ يَتَقَدَّمْ عَلَيْهِ وَإِنْ صَلَّى خَارِجَ المَسْجِدِ وَالمَأْمُومُ قَرِيباً مِنْهُ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلاَتِهِ وَلَا حَائِلَ هُنَاكَ جَازَ.

Shalat jamaah itu hukumnya sunnah mu’akkad. Makmum harus berniat jadi makmum sedang imam tidak wajib niat menjadi imam. Boleh orang yang merdeka bermakmum pada budak, orang baligh pada yang belum baligh. Tidak sah laki-laki bermakmum pada wanita, orang yang pintar membaca Quran kepada yang buta huruf. Makmum boleh shalat di tempat manapun dari posisi imam di masjid asal imam tahu shalatnya itu hukumnya sah selagi makmum tidak mendahului imam. Apabila imam shalat di masjid sedang makmum di luar masjid yang dekat, dan imam tahu atas shalat makmum, dan tidak penghalang antara keduanya hukumnya boleh.

Syarat Jamak dan Qashar Shalat

فَصْلٌ: وَيَجُوزُ لِلْمُسَافِرِ قَصْرِ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ بِخَمْسِ شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ سَفَرُهُ فِي غَيْرِ مَعْصِيَةٍ وَأَنْ يَكُونَ مَسَافَتُهُ سِتَّةُ عَشَرَ فَرْسَخاً بِلَا إِيَابٍ وَأَنْ يَكُونَ مُؤَدِّياً لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ وَأَنْ يَنْوِيَ الْقَصْرَ مَعَ الإِحْرَامِ وَأَنْ لَا يَأْتَمَّ بِمُقِيمٍ

Boleh bagi musafir untuk mengqashar shalat yang empat raka’at menjadi 2 (dua) raka’at dengan 5 (lima) syarat: (a) Bukan perjalanan maksiat. (b) Jarak yang ditempuh mencapai 16 farsakh. (c) Shalat empat raka’at. (d) Niat qashar saat takbiratul ihram (takbir pertama). (e) Tidak bermakmum pada orang mukim.

Keterangan: 16 Farsakh = 88704 m = 88,704 km.

وَيَجُوزُ لِلمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالعَصْرِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ وَبَيْنَ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ

Musafir boleh menjamak (mengumpulkan) shalat antara shalat dzuhur dan ashar dalam satu waktu yang mana saja dan antara shalat maghrib dan isya’ di waktu mana saja yang disuka

وَيَجُوزُ لِلْحَاضِرِ فِي المَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِي وَقْتِ الأُوْلَى مِنْهُمَا

Orang yang bukan musafir juga boleh menjamak shalat dalam keadaan hujan dengan syarat melakukannya di waktu yang pertama.

Syarat Shalat jum’at

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الجُمْعَةِ سَبْعَةَ أَشْيَاءَ: الإِسْلَامُ وَالبُلُوغُ وَالعَقْلُ وَالحُرِّيَةُ وَالذُّكُورِيَّةُ وَالصِّحَةُ وَالاسْتِيطَانُ.

Syarat wajibnya shalat Jum’at ada 7 (tujuh) perkara: (a) Islam (b) Baligh (c) Berakal sehat (d) Merdeka (e) Laki-laki (f) Sehat (g) Bertempat tinggal tetap (istithan, mustautin)

وَشَرَائِطُ فِعْلِهَا ثَلَاثَةٌ أَنْ تَكُونَ البَلَدُ مِصْراً أَوْ قَرْيَةً وَأَنْ يَكُونَ العَدَدُ أَرْبَعِينَ مِنْ أَهْلِ الجُمْعَةِ وَأَنْ يَكُونَ الوَقْتُ بَاقِياً فَإنْ خَرَجَ الوَقْتُ أَوْ عَدِمَتْ الشُّرُوطُ صُلِيَتْ ظُهْراً.

Syarat melaksanakan shalat Jumat ada 3 (tiga): (a) Adanya tempat itu berupa kota atau desa. (b) 40 jamaah Jum’at harus terdiri dari ahli Jum’at (yang diwajibkan shalat Jum’at) (c) Waktunya cukup untuk melaksanakan shalat. Apabila waktunya habis atau syarat tidak terpenuhi, maka diganti shalat dzuhur.

وَفَرَائِضُهَا ثَلاَثَةٌ خُطْبَتَانِ يَقُومُ فِيهِمَا وَيَجْلِسُ بَيْنَهُمَا وَأَنْ تُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ فِي جَمَاعَةٍ.

Fardhu-nya shalat Jum’at ada 3 (tiga) yaitu: (a) Adanya dua khutbah yang dilakukan dengan berdiri. (b) Duduk di antara 2 (dua) khutbah. (c) Shalat dua rokaat secara berjamaah.

وَهَيْأَتُهَا أَرْبَعُ خِصَالٍ: الغُسْلُ وَتَنْظِيفُ الجَسَدِ وَلُبْسُ الثِّيَابِ البِيضِ وَأَخْذُ الظُّفْرِ وَالطِيْبُ.

Perilaku yang disunnahkan dalam Jum’at ada 4 (empat): (a) Mandi keramas dan Membersihkan badan (b) Mengenakan pakaian putih. (c) Memotong kuku. (d) Memakai wewangian.

وَيُسْتَحَبُّ الإنْصَاتُ فِي وَقْتِ الخُطْبَةِ.

Dan disunnahkan diam di waktu khutbah.

وَمَنْ دَخَلَ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ يَجْلِسُ

Apabila orang masuk masjid saat imam sedang khutbah hendaknya dia shalat 2 (dua) rokaat yang ringan kemudian duduk.

Shalat Hari Raya

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ العِيدَيْنِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَهِيَ رَكْعَتَانِ يُكَبِّرُ فِي الأُولَى سَبْعاً سِوَى تَكْبِيرَةِ الإحْرَامِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْساً سِوَى تَكْبِيرَةِ القِيَامِ وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ يُكَبِّرُ فِي الأُولَى تِسْعاً وَفِي الثَّانِيَةِ سَبْعاً

Shalat dua hari raya –Idul Fitri dan Idul Adha– hukumnya sunnah muakkad.

Shalat ied terdiri dari 2 (dua) raka’at. Dengan takbir 7 (tujuh) kali selain takbirotul ihram pada rakaat pertama dan takbir lima kali pada rokaat kedua selain takbir untuk berdiri.

Setelah selesai shalat wajib adanya khutbah dua. Khutbah pertama takbir 9 (sembilan) kali dan khutbah kedua takbir 7 (tujuh) kali.

وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ العِيدِ إِلَى أَنْ يَدْخُلَ الإِمَامُ فِي الصَّلَاةِ وَفِي الأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ المَفْرُوضَاتِ مِنْ صُبِحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى العَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ.

Sunnah membaca takbir sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam masuk ke masjid untuk shalat. Sedang dalam idul adha hendaknya membaca takbir setelah shalat fardhu sejak paginya hari Arafah sampai Ashar-nya hari tasyriq.

Shalat Gerhana

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الكُسُوفِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ فَإِنْ فَاتَتْ لَمْ تُقْضَ. وَيُصَلِّي لِكُسُوفِ الشَّمْسِ وَخُسُوفِ القَمَرِ رَكْعَتَيْنِ، فِي كُلِّ رَكْعَةٍ قِيَامَانِ يُطِيلُ القِرَاءَةَ فِيهِمَا وَرُكُوعَانِ يُطِيلُ التَّسْبِيحَ فِيهِمَا دُونَ السُّجُودِ وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ وَيُسِرُّ فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ وَيَجْهَرُ فِي خُسُوفِ القَمَرِ

Shalat gerhana itu sunnah mu’akkad. Apabila tidak melaksanakan tidak perlu mengqadha.

Hendaknya shalat gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf) 2 (dua) rokaat. Dalam setiap rakaat berdiri 2 (dua) kali dengan membaca bacaan Quran yang panjang. Dan membaca 2 (dua) ruku’ dengan membaca bacaan tasbih yang panjang tanpa sujud.

Setelah shalat, membaca dua khutbah.

Bacaan bersifat pelan (sirri) untuk gerhana matahari; dan keras (jahr) pada gerhana bulan.

Shalat Istisqo

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الاسْتِسْقَاءِ مَسْنُونَةٌ فَيَأْمُرُهُم الإمَامُ بِالتَّوْبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالخُرُوجِ مِنَ المَظَالِمِ وَمُصَالَحَةِ الأعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي اليَوْمِ الرَّابِعِ فِي ثِيَابِ بِذْلَةٍ وَاستِكَانَةٍ وَتَضَرُّعٍ وَيُصَلِّيَ بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ العِيدَيْنِ ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَهُمَا وَيُحَوِّلُ رِدَاءَهُ وَيُكَثِّرُ مِنَ الدُّعَاءِ والاسْتِغْفَارِ وَيَدْعُو بِدُعَاءِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ: اللهم اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ وَلَا تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ وَلَا مُحِقٍّ وَلَا بَلاَءٍ وَلَا هَدْمٍ وَلَا غَرْقٍ اللهم عَلَى الظِرَابَ وَالآكَامَ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الأوْدِيَةِ اللهم حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللهم اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً مَرِيعاً سَحًّا عَاماً غَدَقاً طَبَقاً مُجَلِّلاً دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ اللهم اسْقِنَا الغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ القَانِطِينَ اللهم إِنَّ بِالعِبَادِ وَالبِلَادِ مِنَ الجُهْدِ وَالجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إلاَّ إلَيْكَ اللهم أنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدْرِ لَنَا الضَّرْعَ وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنَ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ البَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ غُيْرُكَ اللهم إنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنتَ غَفَّاراً فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً. وَيَغْتَسِلُ فِي الوَادِي إِذَا سَالَ وَيُسَبِّحُ لِلرَّعْدِ وَالبَرْقِ

Shalat meminta hujan (istisqo’) hukumnya sunnah. Imam hendaknya memerintahkan makmum untuk taubat, sadaqah, keluar dari kedzaliman, berbuat baik pada musuh dan puasa tiga hari kemudian pada hari keempat, imam keluar (ke tanah lapang) bersama mereka dengan memakai pakaian harian serta hati tenang dan tunduk. Imam mengerjakan sholat dua roka’at bersama mereka seperti sholat ‘Id. Setelah sholat dilanjutkan dengan berkhutbah, membalikkan selendangnya, serta memperbanyak do’a dan istighfar. Hendaknya imam berdo’a dengan do’a Rosululloh -shollalloohu ‘alaihi wasallam-, yaitu:

Ya Allah, jadikanlah hujan ini sebagai siraman yang membawa rahmat dan jangan menjadikannya sebagai siraman yang membawa adzab, kecelakaan, bencana, kehancuran, dan ketenggelaman.

Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) meresap di bukit dan onggokan tanah serta menyirami akar-akar tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, jauhkanlah dari kami dan janganlah menjadi bencana bagi kami.

Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) meresap di bukit dan onggokan tanah serta menyirami akar-akar tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, jauhkanlah dari kami dan janganlah menjadi bencana bagi kami.

Ya Allah, turunkan kepada kami hujan deras, yang menyenangkan, mengalir luas lagi lebat dan merata sampai hari kiamat.

Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa.

Ya Allah, sesungguhnya para hamba(Mu) dan negeri-negeri mengalami kelelahan, kelaparan, dan kesempitan yang tidak bisa kami adukan kecuali kepada-Mu.

Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman-tanaman dan perbanyaklah untuk kami susu (hewan peliharaan kami). Turunkanlah kepada kami berkah langit dan tumbuhkanlah untuk kami berkah bumi. Hilangkanlah musibah dari kami. Tidak ada yang mampu menyibakkannya selain Engkau. Ya Allah, kami memohon ampunan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun. Turunkanlah kepada kami banyak hujan dari langit.

Apabila air telah mengalir, hendaknya mandi di lembah dan bertasbih untuk kilat dan petir.

Shalat dalam keadaan Takut

فَصْلٌ: وَصَلاَةُ الخَوْفِ عَلَى ثَلاَثَةِ أَضْرُبٍ أَحَدَهُمَا أَنْ يَكُونَ العَدُوُّ فِي غَيْرِ جِهَةِ القِبْلَةِ فَيُفََرِّقُهُم الإمَامُ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةٌ تَقِفُ فِي وَجْهِ العَدُوِّ وَفِرْقَةٌ خَلْفَهُ فَيُصَلِي بِالفِرْقَةِ الَّتِي خَلْفَهُ رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَتَمْضِي إِلَى وَجْهِ العَدُوِّ وَتَأتِي الطَّائِفَةُ الأُخْرَى فَيُصَلِي بِهَا رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَيُسَلِّمُ بِهَا.

Shalat khauf ada 3 (tiga) macam. Pertama, adanya musuh bukan di arah kiblat. Dalam hal ini imam memisah makmum ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama berdiri menghadap musuh sedang kelompok kedua di belakangnya. Imam shalat dengan kelompok kedua satu rokaat kemudian kelompok kedua menyenmpurnakan shalatnya sendiri dan terus menghadap musuh. Kelompok pertama datang dan imam shalat satu rokaat dengan kelompok pertama yang menyempurnakan shalatnya dan imam mengucap salam dengan kelompok pertama.

وَالثَّانِي أَنْ يَكُونَ العَدُوُّ فِي جِهَةِ القِبْلَةِ فَيَصِفُّهُمُ الإمَامُ صَفَّيْنِ وَيَحْرُمُ بِهِمْ فَإذَا سَجَدَ سَجَدَ مَعَهُ أَحَدُ الصَّفَّيْنِ وَوَقَفَ الصَّفُّ الآخَرُ يُحْرُسُهُم فَإذَا رَفَعَ سَجَدُوا وَلَحِقُوهُ.

Kedua, musuh berada di arah kiblat. Imam membariskan makmum dalam dua baris dan melakukan takbirotul ihrom dengan semuanya. Apabila imam sujud, maka ia sujud dengan salah satu shaf/barisan jamaah sedang shat/barisan yang lain berdiri menjaga. Apabila imam bangun, maka shaf kedua sujud dan ikut menyusul berdiri bersama imam dan barisan yang lain.

وَالثَّالِثُ أَنْ يَكُونَ فِي شِدَّةِ الخَوْفِ وَالْتِحَامِ الحَرْبِ فَيُصَلِّي كَيْفَ أَمْكَنَهُ رَاجِلاً أَوْ رَاكِباً مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ وَغَيْرَ مُسْتَقْبِلٍ لَهاَ.

Ketiga, situasi dalam keadaan sangat menakutkan dan perang sedang berkecamuk. Maka siapapun hendaknya shalat sebisanya baik dalam keadaan sambil jalan kaki atau naik kendaraan, menghadap kiblat atau tidak menghadap kiblat.

Hukum memakai Emas dan Sutra

فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ لُبْسَ الحَرِيرِ والتَّخَتُّمُ بِالذَّهَبِ وَيَحِلُّ لِلنِّسَاءِ وَقَلِيلُ الذَّهَبِ وَكَثِيرُهُ فِي التَّحْرِيمِ سَوَاءٌ وَإذَا كَانَ بَعْضُ الثَّوْبِ إبْرَيْسِمًا وَبَعْضُهُ قُطْناً أَوْ كَتَّاناً جَازَ لُبْسُهُ مَا لَمْ يَكُن الإبْرَيْسِمُ غَالِباً.

Laki-laki haram memakai pakaian dari sutra dan memakai cincin emas tapi halal bagi perempuan. Sedikit dan banyak sama haramnya. Apabila sebagian pakaian terdiri dari sutera sedang sebagian yang lain kain katun maka boleh memakainya selagi suteranya tidak dominan.

Hukum merawat Jenazah

فَصْلٌ: وَيَلْزَمُ فِي المَيِّتِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: غَسْلُهُ وَتَكْفِينُهُ وَالصَّلاَةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ.

Empat perkara wajib dilakukan terhadap mayit (jenazah) yaitu: memandikan, mengkafani, menyolati dan memendam mayit.

وَاثْنَانِ لَا يُغْسَلاَنِ وَلاَ يُصَلَّى عَلَيْهِمَا الشَّهِيدُ فِي مَعْرَكَةِ المُشْرِكِينَ وَالسِّقْطُ الِّذي لَمْ يَسْتَهِلَّ صَارِخاً.

Ada dua mayit yang tidak perlu dimandikan dan disolati yaitu muslim yang mati syahid untuk memerangi orang kafir dan bayi lahir keguguran yang tidak bersuara (menjerit).

وَيُغْسَلُ المَيِّتُ وِتْراً وَيَكونُ فِي أَوَّلِ غُسْلِهِ سِدْرٌ وَفِي آخِرِهِ شَيْءٌ مِنَ كَافُورٍ.

Mayat dimandikan ganjil, basuhan yang pertama dicampuri daun kelor dan di akhir basuhan sedikit dicampuri kapur barus.

وَيُكَفَّنُ فِي ثَلاَثَةِ أَثْوَابِ بِيضٍ لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ وَلَا عِمَامَةٌ

dan dikafani tiga pakaian yang putih tidak ada didalamnya komis dan serban.

وَيُكَبَّرُ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ يَقْرَأُ الفَاتِحَةَ بَعْدَ الأُولَى وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِي صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الثَّانِيَةِ وَيَدْعُو لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ فَيَقُولُ اللهم هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيا وَسَعَتِهَا وَمَحْبُوبِهِ وَأَحِبَّائِهِ فِيهَا إِلَى ظُلْمَةِ القَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيه كَانَ يَشْهَدُ ألَّا إِلَه إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا اللهم إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُو لٍ بِهِ وَأَصْبَحَ فَقِيراً إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِينَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ اللهم إنْ كَانَ مُحْسِناً فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ وَإنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهِ فَتْنَةَ القَبْرِ وَعَذَابِهِ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَجَافِ الأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثُهُ آمِناً إِلَى جَنَّتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ، وَيَقُولُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ اللهم لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ، وَيُسَلِّمُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ.

Dan bertakbir untuknya empat takbiran, membaca fatihah setelah takbir yang pertama dan bersolawat kepada nabi SAW setelah takbir yang kedua dan berdoa untuk mayat setekah takbir yang ketiga seraya berkata: “ ya Alloh ya Tuhan kami ini adalah hambamu dan anak laki laki hambamu. Dia telah keluar dari dunya dan luasnya dunia dan yang dicintainya dan kekasih yang dicintainya menuju alam yang gelapnya kubur dan sesuatu yang akan ditemuinya. Dia telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau yang maha satu tidak ada teman bagimu serta menyaksikan bahwa nabi Muhammad adalah hambamu dan utusanmu. Dan tuan lebih tau. Ya Alloh dia telah menempat disisimu dan tuan adalah sebaik baik tempat untuknya. Dan dia sekarang membutuhkan rahmatmu dan engkau adalah dzat yang kaya atas siksaannya. Kami dating kepadamu berharap sebuah pertolongan untuknya. Ya Alloh bila dia baik maka tambahkan kebaikannya dan bia dia jelek maka ampunilah dia dan temukan dia sebab rahmatmu ridhomu dan selamtkan dia dari fitnah dan adzab kubur. Dan luaskanlah kuburnya sishkan tanah dari sekitarnya dan temukanlah dia sebab rahmatmu dengan kesentausaan dari siksamu sampai engkau bangkitkan dengan kesentausaan ke sorgamu dengan rahmatmu wahai dzat yang paling penyayang.

Dan setelah takbir yang keempat berdoa: “ Ya Alloh jangan engkau tahan pahalanya dan selamatkan dia dan janganlah engkau fitnah setelah kepergiannya dan ampunilah kami dan dia”. dan mengucap salam setelah berdoa sesudah takbir yang keempat.

وَيُدْفَنُ فِي لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ بِرِفْقٍ وَيَقُولُ الَّذِي يُلْحِدُهُ: بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ وَيُضْجَعُ فِي القَبْرِ بَعْدَ أن يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً وَيُسَطَّحُ القَبْرُ وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلاَ يُجَصَّصَ وَلَا بَأْسَ بِالبُكَاءِ عَلَى المَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ وَلَا شَقِّ جِيبٍ وَيُعَزَّى أَهْلُهُ إِلَى ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ دَفْنِهِ وَلاَ يُدْفَنُ اثْنَانِ فِي قَبْرٍ إلاَّ لِحَاجَةٍ.

dan dikubur dilubang lahat dengan menghadap kiblat dan diturunkan dari arah keplanya dengan pelan pelan.dan bagi yang memasukkan mayat kelahat maka berdoa: “Dengan menyebut nama Alloh dan mengikuti agama rosulillah SAW” dan membaringkannya di kubur setelah kubur didalamkan sedalam tinggi orang dan lebih setelpak tangan. Kubur ditimbun tinggi tengah dan tidak boleh dibangun, dilepo pakai semen. Dan tidak apa apa menangisi mayit dengan tanpa mengeluh dan tanpa menobek nyobek kerah baju. Dan di ta’ziyahi ahli mayit sampai tiga hari terhitung setelah pemakamannya. Dan tidak boleh dikubur dua orang dalam satu kubur kecuali ada keperluan.

Leave a Comment